Ketua MPR Ingin Sistem Pendidikan Berbasis Online di RI Digalakkan
Foto: Dok. MPR
Selasa, 06 Apr 2021 19:07 WIB
Yudistira Imandiar - detikNews
Jakarta - Sistem perkuliahan jarak jauh yang diterapkan Universitas Terbuka, jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda membuka kesempatan bagi setiap orang untuk menempuh pendidikan tinggi. Pemanfaatan medium online tersebut memudahkan mahasiswa UT untuk berkuliah dari mana saja.
Menurut Ketua MPR RI Bambang Soesatyo platform pendidikan yang fleksibel dapat membantu pemerataan akses pendidikan tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia. Kehadiran Universitas Terbuka (UT) yang menawarkan platform pendidikan secara terbuka dan jarak jauh, disebut Bamsoet sangat relevan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan tanpa dihalangi jarak.
"Seiring perkembangan zaman, di mana kemajuan teknologi mengisi berbagai sektor kehidupan, penerapan sistem pembelajaran jarak jauh berbasis daring (online) semakin menunjukkan relevansinya," ujar Bamsoet dalam keterangannya, Selasa (6/4/2021).
"Terbukti, peserta didik UT tidak hanya berasal dari Indonesia saja. Hingga saat ini mahasiswa UT yang berjumlah jutaan di seluruh Indonesia dan juga tersebar di 43 negara dunia," imbuhnya saat menerima Rektor Universitas Terbuka Prof. Dr. Ojat Darojat, di Jakarta, Selasa (6/4/2021).
Bamsoet ingin pola pendidikan berbasis IT dan online semakin digalakkan. Tujuannya agar masyarakat Indonesia bisa melek teknologi dan mengakses pendidikan dari mana saja.
Ia mengulas tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 64%. Artinya, dari total penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 268,6 juta jiwa, sekitar 171,9 juta jiwa di antaranya telah dapat menggunakan akses internet.
"Pola pendidikan era milenial di Indonesia harus terus ditingkatkan lagi dengan pola pendidikan berbasis IT dan online. Dengan sistem online, warga desa bisa menimba ilmu tanpa harus ke kota. Kualitas pembelajaran secara daring ini harus terus ditingkatkan," ulas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini menambahkan kualitas sumber daya manusia (SDM) bangsa Indonesia harus menjadi perhatian serius semua pihak. Ia menekankan kualitas SDM Indonesia yang tercatat masih rendah, sebagaimana yang terjadi di tahun lalu, tidak boleh terulang kembali di tahun mendatang.
"Hasil survei Programme for International Student Assessment (PISA) 2019 menempatkan kemampuan membaca, matematika, dan sains pelajar Indonesia pada peringkat ke-72 dari 77 negara. Selain itu, data Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mencatat, setiap tahunnya terdapat 1,8 juta dari total 3,7 juta lulusan pendidikan tingkat menengah yang terpaksa bekerja, tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi,"urai Bamsoet.
(akd/ega)
Sumber : https://news.detik.com/