Google Ajarkan Artificial Intelligence pada 3 Ribu Mahasiswa

Ilustrasi: pencarian Google. (BGR)

16 Februari 2021, 14:10:14 WIB

JawaPos.com – Program bangkit yang digagas Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) tahun ini mulai ditawarkan melalui kampus merdeka. Kesempatan mahasiswa untuk berkarir di dunia teknologi pun kian terbuka.

Program bangkit merupakan program akademi karir teknis yang didesain melalui kolaborasi Ditjen Dikti dengan berbagai pelaku teknologi global. Tahun ini ada Google, Gojek, Tokopedia, dan Traveloka yang bakal terlibat dalam program tersebut.

Dirjen Dikti Nizam mengungkapkan, program itu akan menjadi salah satu model pembelajaran kampus merdeka. Selain pelaku teknologi global serta unicorn dan decacorn dalam negeri, program tersebut bekerja sama dengan Universitas Stanford melalui program university innovation fellow. ”Tahun ini ada sekitar 40 ribu yang mendaftar dan 3 ribu dinyatakan lolos untuk belajar di bidang teknologi,” tuturnya dalam peluncuran program bangkit secara virtual kemarin (15/2).

Tahun ini, kata dia, tidak hanya kurikulum machine learning yang ditawarkan. Ada dua topik pembelajaran lain yang bisa dipilih mahasiswa yang ingin berkarir di bidang teknologi. Yakni, pemrograman dengan pengembangan Android dan dasar-dasar cloud dengan fokus pada Google Cloud Platform. Di setiap jalur pembelajaran, peserta juga akan belajar tentang keterampilan penting yang berguna untuk mengembangkan karir mereka. Misalnya, design thinking, kepemimpinan, komunikasi, entrepreneurship, dan keterampilan presentasi. ”Adik-adik juga akan didampingi para coach untuk mengembangkan karir,” jelas Nizam.

Menurut dia, mahasiswa harus memanfaatkan kesempatan belajar itu dengan sebaik-baiknya. Tidak sekadar mengejar sertifikat. Dengan begitu, ke depan banyak tercipta sumber daya manusia (SDM) yang mampu membangkitkan ekonomi baru melalui jalur artificial intelligence (AI) atau teknologi digital. ”Menurut analis, teknologi AI berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan nilai hingga USD 366 miliar dalam 10 tahun ke depan. Karenanya, kita harus menyiapkan talentanya,” ungkap guru besar Universitas Gadjah Mada itu.

Para mahasiswa terpilih akan mengikuti pembelajaran online selama 18 minggu, mulai Februari 2021. Pada akhir semester, akan dipilih 15 tim proyek akhir untuk pengembangan lebih lanjut. Termasuk hibah inkubasi dan dukungan dari perguruan tinggi yang menjadi mitra program tersebut. Selain itu, peserta terbaik akan mendapatkan pelatihan khusus dari Stanford University.

Kemudian, peserta yang menyelesaikan program akan mendapat tambahan hingga 20 angka kredit semester sesuai dengan ketentuan universitas masing-masing. Setelah itu, peserta diundang ke virtual career fair. Mereka akan mendapatkan akses peluang kerja eksklusif ke perusahaan terkemuka di Indonesia.

Dalam kesempatan yang sama, Head of Developers Training, Economic Impact Programs Google William Florance mengatakan, program itu diawali dari sebuah inisiatif bersama antara founding partners, perwakilan dari universitas, dan pemerintah dalam menjawab ketimpangan pekerjaan (employment gap) di Indonesia. Sebab, perusahaan-perusahaan teknologi sempat merasa kesulitan dalam mengidentifikasi dan merekrut talenta-talenta top tiers agar perusahaan mereka bisa unggul.

Tahun ini, kata dia, program bangkit melakukan penyempurnaan dalam mendukung cita-cita Kemendikbud menciptakan sistem pendidikan yang lebih inovatif. Pihaknya juga sangat antusias untuk memperkenalkan university innovation fellows programme (UIF/ UIFP) di bawah payung bangkit. UIF diselenggarakan oleh Sekolah Desain Stanford University yang terletak di Bay Area, California. Tujuannya, memberdayakan siswa menjadi agen perubahan di sekolah mereka masing-masing.

”Program ini akan membantu siswa membentuk mindset kewirausahaan dan kepercayaan diri kreatif untuk menghadapi tantangan-tantangan global dan membangun masa depan lebih baik,” tuturnya.

Keputusan siapa yang masuk UIF merupakan wewenang Stanford. Pihaknya hanya mengundang 15 kampus yang menjadi partner Google untuk mendaftarkan paling banyak empat fellows. ”Pada akhir 2021, saya prediksi ada kira-kira 60 fellows yang ikut UIF,” ungkapnya.

Managing Director Google Indonesia Randy Jusuf mengatakan, berdasar catatan tahun lalu, 73 persen dari 300 peserta yang berhasil menyelesaikan program menyatakan bahwa prospek pekerjaan mereka mengalami peningkatan. Oleh karena itu, tahun ini pihaknya lebih antusias karena akan menjadi bagian dari kampus merdeka dan melibatkan 3 ribu mahasiswa Indonesia.

 Editor : Ilham Safutra

Reporter : mia/c6/fal

Sumber : https://www.jawapos.com/