7 Tip Siapkan Dana Sekolah Anak di Tengah Tekanan Corona

EDUKASI KEUANGAN

 

Yuli Yanna Fauzie, CNN Indonesia | Sabtu, 16/01/2021 09:35 WIB

 Menyiapkan dana pendidikan anak jelang tahun ajaran baru di era pandemi mungkin memberikan tantangan bagi orang tua. Tapi ada 7 tip untuk mengatasinya. Ilustrasi. (CNN Indonesia/ Safir Makki).

Jakarta, CNN Indonesia -- 

Tahun ajaran baru 2021 segera dimulai. Namun, pada tahun ajaran baru 2021 ini, orang tua dihadapkan pada sebuah tantangan bernama pandemi covid-19.

Pandemi memaksa siswa harus belajar dari rumah demi meminimalisir penyebaran virus corona. Tak hanya proses pembelajaran, tantangan lain juga berpotensi muncul dari masalah biaya pendidikan.

Maklum, tahun ajaran baru pada 2021 ini kondisi ekonomi masih dihantui ketidakpastian karena penyebaran virus corona belum juga usai.  Di tengah ketidakpastian itu, pendapatan orang tua ada yang berkurang dan bahkan hilang karena terkena PHK.

Nah, ketika itu terjadi, orang tua pasti akan dihadapkan pada kenyataan yang sulit. Perencana Keuangan dari Tatadana Consulting Tejasari Assad mengatakan sebenarnya berkaitan dengan persiapan uang sekolah anak, itu harus dilakukan sejak jauh-jauh hari.

Sebab, biaya sekolah yang biasanya mahal akan menguras kantong cukup dalam.

Apalagi, bagi anak yang mau masuk sekolah di jenjang baru seperti SMP, SMA dan bahkan perguruan tinggi. Beban bisa bertambah besar jika orang tua memiliki anak sekolah lebih dari satu anak.

Sehingga, mengatur uang dalam kondisi seperti sekarang, termasuk untuk pendidikan anak bisa menjadi satu tantangan baru.

"Idealnya sejak 2-3 tahun sebelumnya sebenarnya sudah disiapkan. Tapi kalau sudah mepet, maka harus ada yang diatur lebih ketat," ujar Teja, sapaan akrabnya, kepada CNNIndonesia.com.

Ia mengatakan dalam kondisi mepet ada yang bisa dilakukan orang tua untuk mengatasi masalah itu. 

1. Gunakan Tabungan Pendidikan Anak 

Bagi beberapa orang tua yang sebelumnya sudah membuat perencanaan uang pendidikan anak dengan membuat tabungan pendidikan anak di saat pandemi ini bisa mencairkannya.

2. Dana Darurat

Pada kondisi pandemi, mungkin penghasilan orang tua berkurang atau hasil berjualan menyusut. Hal ini akan mempengaruhi pendapatan rutin yang biasanya disisihkan per bulan untuk memenuhi kebutuhan uang sekolah anak.

Ketika ini terjadi dan pendapatan tidak bisa diandalkan untuk membayar uang sekolah anak, maka Anda bisa menggunakan dana dari pos dana darurat.

"Karena kebutuhannya juga mendesak, jadi pertama kalau uang tidak cukup, maka bisa rogoh dana darurat dulu," imbuhnya.

3. Bongkar Tabungan

Saat tabungan pendidikan anak dan dana darurat sudah semakin seret karena tingginya kebutuhan harian yang harus dipenuhi, maka, selanjutnya orang tua bisa menggunakan pos tabungan lain yang bersifat jangka panjang.

Misalnya, orang tua sempat membuat tabungan liburan, tabungan umroh atau haji dan lainnya.

"Menurut saya, tabungan-tabungan ini boleh akhirnya dibongkar saat sudah tidak ada sumber dana. Naik haji kan kewajiban bila mampu, tapi semua pengeluaran tetap harus sesuai prioritas, tidak mungkin juga nanti pergi haji tapi anak gagal sekolah," tuturnya.

4. Cairkan Investasi

Bila semua tabungan sudah 'kosong melompong', maka pilihan lain cairkan investasi. Teja mengatakan investasi yang paling tepat untuk dicairkan di saat-saat mendesak adalah yang paling mudah dan cepat proses pencairannya, seperti deposito dan reksa dana pasar uang dan pendapatan tetap.

Reksa dana saham juga tepat dicairkan segera karena sekarang ini sudah mulai pulih dan mendatangkan keuntungan.

5. Gadai Barang

Teja mengatakan gadai barang ini bisa menjadi opsi setelah investasi terpaksa cair tapi belum juga mencukupi. Gadai juga tepat bila investasi yang dipegang orang tua kurang mudah dicairkan seperti Surat Berharga Negara (SBN) atau obligasi pemerintah yang memiliki tenor tertentu.

"Bisa gadai laptop, perhiasan, emas, tapi ini ada batas waktunya, 4 bulan harus ditebus kalau tidak ya hilang saja," ucapnya.

6. Utang

Opsi paling akhir adalah mengutang. Kenapa begitu? Karena setelah mendapat dana, masih ada kewajiban yang menjadi tanggungan di kemudian hari. Hal ini berbeda dengan investasi, yang ketika dicairkan, ya sudah sepenuhnya menjadi milik Anda dan tidak ada beban.

Paling hanya harus mengumpulkan lagi modal untuk investasi di instrumen baru.

Nah, untuk berutang pun ada beberapa tip yang perlu diperhatikan. Pertama, sebisa mungkin jangan ambil utang yang berbunga.

"Misalnya dengan mengajukan program cicilan ke sekolah anak, bisa tidak kalau uang sekolah ini dicicil karena kan pandemi dan lainnya. Kalau tidak bisa juga baru, baru ke sumber utang yang juga tidak berbunga, yaitu meminjam saudara, teman, dan kerabat," jelasnya.

Tujuannya agar tidak ada beban berat di kemudian hari. Terakhir kalau benar-benar tidak ada juga, ya sudah mau tidak mau harus utang dalam bentuk pinjaman Kredit Tanpa Agunan (KTA) dan pakai kartu kredit (KK) karena keduanya terbilang cepat cair.

Namun, ia mewanti-wanti agar tidak mengutang ke pinjaman online. Sebab, yang resmi saja biasanya berbunga tinggi, apalagi yang tidak resmi, bisa-bisa dikejar rentenir. 

 

7. Perketat pengeluaran

Perencana Keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andy Nugroho memberikan tip tambahan. Bila kebutuhan uang sekolah mendesak tapi belum ada kecukupan dana karena pandemi menggerus pendapatan sebagai sumber pemenuhan uang sekolah, mengurangi dan memperketat pengeluaran jadi solusinya.

"Caranya dengan atur keuangan sebaik mungkin, ketika sudah gajian langsung sisihkan untuk pos penting, termasuk uang sekolah anak. Baru diikuti kebutuhan lain. Bisa juga dengan investasi jangka pendek yang keuntungannya bisa diambil lebih cepat dan likuid seperti reksa dana," tuturnya.

(agt)

Sumber : https://www.cnnind