Laporan PISA 2018, Kualitas Pendidikan Indonesia Masih di Level Bawah
Grafik (Foto: Okezone.com/Shutterstock)
Rabu 04 Desember 2019 14:05 WIB
Yohana Artha Uly, Jurnalis
JAKARTA - Pendidikan Indonesia masih tertinggal, hal itu tercermin dari skor Programme for International Student Assessment (PISA) 2018 yang diterbitkan The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Indonesia meraih skor di bawah rata-rata organisasi tersebut.
Berdasarkan Laporan PISA 2018 yang dikutip pada Rabu (4/12/2019), merupakan studi yang menilai 600.000 anak berusia 15 tahun di 79 negara, baik berpenghasilan tinggi maupun menengah. Studi dilakukan setiap tiga tahun sekali dengan membandingkan kemampuan membaca, matematika, dan kinerja sains dari setiap siswa.
Pada kategori kemampuan membaca, Indonesia meraih skor rata-rata yakni 371, jauh di bawah rata-rata OECD yakni 487. Berada di peringkat ke-74, jauh di bawah Thailand yang peringkat 68, Malaysia peringkat 58, dan Singapura di peringkat 2. Namun lebih tinggi dari Filipina yang di peringkat 79.
Kemudian untuk kemampuan matematika, Indonesia meraih skor 379, masih berada di bawah rata-rata OECD yang sebesar 489. Indonesia berada di peringkat ke-73, tertinggal dari Thailand yang di peringkat 58, Malaysia di peringkat 48, dan Singapura di peringkat 2. Tapi masih di atas Filipina yang di peringkat 78.
Lalu untuk kemampuan sains, Indonesia berada di peringkat 71 dengan skor sebesar 396, berada di bawah rata-rata OECD yang sebesar 489. Lagi-lagi berada di bawah Thailand yang di peringkat 54, Malaysia di peringkat 49, dan Singapura di peringkat 2. Tetapi masih di atas Filipina yang di peringkat 78.
Dengan demikian, dalam ketiga bidang tersebut peringkat Indonesia selalu berada di 10 besar terbawah.
OECD mencatat, hanya 30% siswa di Indonesia yang kemampuan membacanya berada di tingkat cukup tinggi atau berada di level 2. Padahal rata-rata OECD yakni 77 % siswa.
Kemudian untuk kemampuan matematika, hanya 28% siswa Indonesia yang mencapai kemahiran level 2, di mana rata-rata OECD yakni 76%. Serta pada kemampuan sains, sekitar 40% siswa Indonesia mencapai level dua, padahal rata-rata OECD yakni 78%.
Adapun kemampuan level 2 dalam kemampuan matematika, mengartikan siswa dapat menafsirkan dan mengenali, tanpa instruksi langsung, bagaimana situasi dapat direpresentasikan secara matematis. Sedangkan dalam kemampuan sains, menggambarkan siswa mampu mengenali penjelasan yang benar untuk fenomena ilmiah yang dikenal dan dapat menggunakan pengetahuan tersebut untuk mengidentifikasi, dalam kasus-kasus sederhana.
(kmj)
Sumber: https://news.okezone.com: