Perguruan Tinggi Diminta Tak Lahirkan Pengangguran Terselubung
Suasana perakitan mobil Mercedes-Benz di pabrik Mercedes-Benz Indonesia, Wanaherang, Gunung Putri, Bogor, Jawa Barat, ANT/Sigid Kurniawan.
Selasa, 22 Jan 2019 17:02 WIB
Pengelolaan Kampus Dituntut Tidak "Gitu-gitu Saja"
Citra Larasati
Jakarta: Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti), Mohamad Nasir meminta para rektor mengantisipasi pergeseran standar kompetensi yang dibutuhkan industri akibat masuknya era disrupsi teknologi. Sebab jika tidak tanggap menyesuaikan diri, perguruan tinggi akan kehilangan fungsinya dan berpotensi hanya melahirkan pengangguran terselubung.
Nasir mengatakan, para rektor harus kreatif dan inovatif dalam mengelola program studi yang ada di perguruaan tingginya. Program studi yang ada di perguruan tinggi harus menjadi prodi yang dibutuhkan dunia industri. Jika tidak, perguruan tinggi akan kehilangan fungsinya saat gagal mengantisipasi pergeseran standar kebutuhan industri yang kerap berubah secara tiba-tiba dan besar-besaran. "Jangan sampai kita di kampus mengajarkan anak-anak kita ilmu yang tiba-tiba sudah tidak dibutuhkan industri lagi.
Nanti hanya akan jadi pengangguran terselubung, nampaknya saja sarjana, tapi ternyata industri tidak membutuhkannya. Para rektor harus memikirkan itu," seru Nasir, di Gedung Kemenristekdikti, Jakarta, Selasa, 22 Januari 2019.
Nasir membandingkan dengan pengelolaan perguruan tinggi di Korea Selatan, di mana pengelolaan prodi di sana menggunakan pendekatan merge, close dan cut. Merge atau penggabungan dilakukan jika ada kampus yang kurang sehat digabung dengan kampus lainnya agar menjadi sehat.
Kemudian close (tutup), langkah penutupan prodi tak segan-segan dilakukan jika ada prodi yang sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan industri. "Prodi tersebut kemudian digeser ke ilmu yang sedang berkembang, seperti artificial intelligence, dan coding yang saat ini sedang berkembang luar biasa," imbuh mantan Rektor Terpilih Universitas Diponegoro (Undip) Semarang ini.
Nasir mengaku sangat berharap para rektor tidak lagi mengelola perguruan tinggi dengan model bussiness as usual. "Jangan mengelola kampus dengan begitu-gitu saja. Rektor, direktur harus kreatif dan inovatif," tutup Nasir.
(CEU)
Sumber : http://news.metrotvnews.com