5 Soft Skill yang Sulit Dipelajari di Bangku Kuliah

Ilustrasi: Shutterstock

Sabtu 12 Januari 2019 07:08 WIB

JAKARTA - Gelar S1 kini sering ditemui menjadi syarat dasar yang tertera di kebanyakan lowongan kerja. Karena satu alasan atau yang lain, pemegang gelar sarjana diasumsi lebih superior dari segi keahlian dan kesiapan kerja.

Faktanya, tidak sedikit perusahaan yang mengeluhkan bahwa pelamar kerja yang baru lulus kerap tidak langsung siap kerja dan kurang kompeten, terutama di aspek soft skill. Keluhan serupa juga datang dari para fresh graduate yang merasa kurang percaya diri memasuki dunia kerja dan kesulitan menyesuaikan diri.

Universitas kini juga diharapkan mampu menyusun program-program yang membantu mahasiswa memperoleh soft skill penting. Meski begitu, mahasiswa juga perlu proaktif mengumpulkan pengalaman di luar kelas, seperti berorganisasi dan magang. Kini tak cukup lagi untuk sekedar menjadi murid yang rajin dan mendapat nilai tinggi.

Dikutip dari laman Qerja.com, jika saat kuliah dulu atau kini kurang aktif, bisa jadi Anda kehilangan kesempatan untuk mengasah beberapa soft skill berikut:

1. Kemampuan komunikasi dan interpersonal

Orang-orang berbeda punya preferensi berkomunikasi yang berbeda pula. Ada yang mudah dipersuasi, ada yang lebih senang bicara empat mata dibanding email, dan lainnya. Jika tidak luwes menyampaikan ide dan menyesuaikan cara berkomunikasi, rekan atau klien akan merasa kesulitan atau tidak nyaman berbincang dengan Anda. Ujungnya, Andalah yang akan merugi dalam jangka panjang.

Masalahnya, tidak banyak insentif yang mendorong mahasiswa untuk aktif bersosialisasi dan berkomunikasi dengan berbagai individu saat kuliah. Jika memilih untuk jadi mahasiswa yang pasif, siapa yang bisa “memaksa” Anda?

2. Bekerja dalam tim

Mahasiswa memang diberi kesempatan mengasah kemampuan kerja sama melalui tugas kelompok. Namun peluang ini juga bukan fitur utama sepanjang tahun ajaran, sehingga mereka tidak terbiasa dengan kompleksitas manajemen waktu proyek dan membagi tugas sesuai keahlian.

Selain itu, pegawai sering kali tidak punya kebebasan memilih anggota tim atau rekan kerja. Di lapangan kerja, mereka perlu mampu bekerja sama dengan individu-individu dari latar belakang berbeda, tidak seperti saat kuliah di mana Anda sering bebas memilih anggota kerja kelompok.

3. Kepemimpinan

Kepemimpinan bukanlah karakteristik bawahan lahir. Siapapun bisa memupuk bibit kepemimpinan asal diberi kesempatan dan mendapat bimbingan. Tentu saja tidak semua orang akan menjadi pemimpin di tempat kerja, namun keahlian ini juga berguna ketika Anda butuh untuk memanajemen diri sendiri.

Ketika masih di bangku kuliah, kapan terakhir kali Anda berada di posisi pemimpin? Kesempatan yang ditawarkan kelas kuliah untuk melatih keahlian ini cukup minim.

4. Fleksibilitas

Silabus dan kurikulum kuliah yang sudah tersusun rapi cenderung mendiktekan apa yang perlu dan akan dipelajari para mahasiswa. Jika tak ada dorongan untuk menelusuri sumber-sumber dan permasalahan di luar bahan ajaran, pengetahuan yang dimiliki mahasiswa pun terbatas pada apa yang diajarkan dan ditugaskan dosen.

Untuk bisa sukses di kebanyakan lapangan kerja, Anda perlu bersedia belajar dan berkembang. Bicara saja memang mudah, tapi dalam prakteknya, harus ada kemampuan untuk fleksibel dan adaptif di lingkungan apapun. Hal ini termasuk kebersediaan untuk mengemban tanggung jawab baru dan proaktif belajar keahlian lain agar siap ketika diberi tugas di luar job description.

5. Pemecahan masalah

Pemecahan masalah di sini mencakup identifikasi masalah, berpikir kritis, dan mengambil keputusan dengan cepat. Beberapa mata kuliah inti untuk jurusan-jurusan seperti sains dan teknologi memang dirancang untuk mengajar siswa mengurai problema secara logis dan kritis, tapi keahlian ini tidak terlalu ditekankan sebagai keharusan di sektor lain. Terlebih lagi, parameter kesuksesan di universitas kerap diukur dengan tes terstandarisasi alih-alih pembelajaran kasus.

Ujungnya, pegawai baru sering menghadapi keharusan untuk learn on the job; mereka pun butuh dibimbing perlahan sembari menangani kasus secara langsung, padahal banyak perusahaan yang mengharapkan pegawai untuk segera siap di hari-hari pertama bekerja.

(rhs)

Sumber : https://news.okezone.com