Kemenristekdikti: Generasi Milenial Itu Kreatif dan Pekerja Keras
foto: Kemristekdikti
Rabu 14 November 2018 19:44 WIB
Taufik Fajar, Jurnalis
JAKARTA - Direktur Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi, Muhammad Dimyati mengatakan, bahwa generasi milenial adalah generasi kreatif dan pekerja keras yang diberikan akses terhadap informasi yang melimpah, berinteraksi dengan cara yang berbeda dengan generasi pendahulunya.
"Mereka perlu diberikan saluran komunikasi dan wahana untuk mengalirkan tradisi dan budaya termasuk dalam penelitian dan pengembangan," ujarnya pada pembukaan acara Science, Technology, and Art Fair 2018 di Jakarta Pusat, Rabu (14/11/2018).
Dia menjelaskan bahwa pameran ini utamanya bertujuan untuk menarik minat generasi muda untuk mengenal lebih dalam peran ilmu pengetahuan dan teknologi.
"Kami ingin bersinergi dengan beberapa pihak, khususnya generasi milenial," jelasnya.
Dimyati juga menambahkan bahwa sangat penting untuk menanamkan, memupuk, dan mengembangkan minat generasi milenial terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi melalui kegiatan penelitian dan pengembangan, yang pada saatnya akan membuahkan hasil berupa kemajuan daya saing bangsa dan negara Indonesia.
"Indikator keluaran riset terdiri dari publikasi ilmiah, kekayaan intelektual, dan prototype. Sejak tahun 2015 sampai dengan saat ini, sudah puluhan ribu publikasi internasional terindeks Scopus yang dihasilkan, serta ribuan kekayaan intelektual dan teknologi tepat guna yang dihasilkan," ungkapnya.
Dia menuturkan, untuk menampilkan output yang banyak tersebut, perlu pendekatan yang berbeda yang tidak membutuhkan tempat yang luas dan booth yang banyak.
"Pameran interaktif yang menggunakan teknologi digital augmented reality dan video mapping sangat tepat untuk memperkenalkan Iptek kepada generasi milenial dengan pendekatan yang berbeda," tuturnya.
Sementara itu, Direktur Riset dan Pengabdian Masyarakat, Ocky Karnaradjasa menyatakan bahwa hasil riset yang ditampilkan melalui seni saat ini masih jarang, oleh karena itu Pou ingin menampilkan yang berbeda.
"Kami ingin mengkoordinasikan sains, teknologi, dan seni. Dan sosial humaniora tetap diperhatikan karena harus seimbang, bukan hanya sains dan teknologi saja yang diperhatikan," pungkasnya.
(rhs)
Sumber : https://news.okezone.com