Seberapa Penting IPK dalam Pencarian Kerja?

Milenial (Ilustrasi: Shutterstock)

Minggu 04 November 2018 07:27 WIB

JAKARTA - Kecerdasan muncul dalam berbagai bentuk: ada orang yang cerdas secara akademik, ada yang cerdas di medium kreatif, ada juga yang kecerdasan logisnya lebih terasah; mereka sama-sama pantas diapresiasi dengan setara. Semua jenis kecerdasan tersebut juga punya kelebihan masing-masing dalam mendukung perjalanan menuju kesuksesan.

Qerja.com mencatat, di dunia korporat, masih banyak pihak yang menuntut kandidat pegawainya memiliki IPK minimal di atas 3.00 dan kadang bahkan di atas 3.50. Bagi mereka yang kompeten namun karena alasan tertentu tidak memiliki IPK tinggi, hal ini mungkin terasa agak elitis dan kurang adil.

Mengapa IPK dianggap penting?

Suka tidak suka, nilai IPK adalah salah satu penilaian awal terhadap kompetensi teknis Anda sebelum Anda duduk di hadapan pewawancara. Nilai IPK yang tinggi diasumsikan menandakan Anda sukses memahami teori dan aplikasi jurusan Anda dengan baik. Untuk sejumlah posisi pekerjaan yang mengutamakan keahlian secara spesifik, hal ini bisa dibilang cukup penting.

Kesuksesan di bangku kuliah ini juga dijadikan sebagai parameter untuk menentukan karakter kandidat. Untuk mencapai dan mempertahankan nilai IPK tinggi di penghujung semester tentu dibutuhkan waktu dan energi yang tidak sedikit serta disiplin tinggi. Setidaknya, nilai IPK ini menunjukkan adanya kemauan untuk bekerja keras, dedikasi, dan komitmen untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Lowongan pekerjaan dari perusahaan terkemuka di bidang konsultasi, keuangan, dan teknologi paling sering ditemukan mencantumkan IPK di atas rata-rata sebagai salah satu persyaratan utama. Kesemuanya merupakan industri yang cukup kompetitif dan selalu menarik minat kaum profesional. Mereka bisa dipastikan selalu dibanjiri lamaran kerja sehingga nilai IPK tinggi ini pun dijadikan saringan awal agar hanya kandidat yang benar-benar berkualitas bisa maju ke tahap wawancara.

Semakin besar prestise dan skala sebuah perusahaan, umumnya semakin penting nilai IPK di mata recruiter. Untuk perusahaan berukuran lebih kecil atau startup, hal ini tidak menjadi pertimbangan utama. Walau begitu, jika IPK Anda tergolong tinggi, jangan ragu untuk mengikutsertakannya dalam CV Anda sebagai poin plus.

Bagaimana jika nilai IPK kurang ideal?

Perusahaan memang punya alasan sendiri mengapa IPK dijadikan persyaratan yang terkesan membatasi sejumlah kandidat untuk melamar kerja. Namun hal ini bukan berarti Anda kehilangan peluang untuk meraih pekerjaan impian. Kuncinya ada di bagaimana Anda memberi konteks terhadap nilai IPK tersebut.

Katakanlah nilai Anda kurang ideal karena Anda kuliah sambil kerja sehingga kadang kewalahan menyeimbangkan waktu. Ceritakan tantangan yang Anda hadapi saat itu dan bagaimana Anda menemukan keseimbangan hingga berhasil lulus kuliah.

Tentu tidak semua perusahaan menjadikan IPK tertentu sebagai harga mati. Mayoritas recruiter sebetulnya cukup puas dengan adanya gelar sarjana. Tidak sedikit yang lebih mengutamakan adanya pengalaman kerja relevan dan keahlian spesifik di CV Anda.

Banyak bergabung dengan organisasi atau jadi relawan semasa kuliah? Cantumkan juga di CV dan tampilkan narasinya dalam cover letter Anda. Banyak perusahaan memandang mahasiswa yang aktif sebagai pertanda mereka memiliki karakter sebagai pemimpin dan manajemen waktu yang baik.

Selepas kuliah, Anda memang tidak punya kesempatan untuk mengubah angka IPK, tapi pastikan perusahaan tersebut tahu kalau Anda memiliki keahlian dan kepribadian yang sesuai untuk mengisi posisi yang Anda lamar.

(rhs)

Sumber : https://news.okezone.com