Inovasi Prodi Baru PTN Masih Minim
Ilustrasi: Foto Shutterstock
Kamis 11 Oktober 2018 11:55 WIB
Koran SINDO, Jurnalis
JAKARTA – Inovasi program studi (prodi) baru di perguruan tinggi negeri (PTN) masih minim. Padahal saat ini dunia terus mengalami perkembangan yang harusnya direspons perguruan tinggi.
Pemerintah terus mendorong agar PTN dapat membuat prodi baru sesuai dengan kebutuhan industri. Saat ini pengembangan prodi baru masih didominasi perguruan tinggi swasta (PTS).
“Kami sudah sampaikan ke semua rektor. Tolong kembangkan prodi baru sesuai dengan kebutuhan industri. Nah yang sudah 100 prodi baru yang di ajukan dan disetujui itu rata-rata dari PTS. PTN belum banyak bergerak,” kata Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Mohamad Nasir di sela pertemuan pimpinan PTN dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Jakarta, Rabu (11/10/2018).
Nasir juga mengaku aneh ketika PTN tidak segera bergerak karena regulasi yang menghambat telah dipangkas. Dia menilai masih banyaknya PTN yang belum bergerak karena persoalan internal kampus masing-masing.
“Sekarang kalangan internal PTN yang harusnya bergerak. Kalau tidak bergerak, saya yang akan keluarkan peraturan. Ini mungkin karena guru besarnya, birokrasi di dalamnya, izin terlalu susah. Para guru besar ada juga yang menolak karena jika ada prodi baru jadi tidak mengajar,” jelasnya.
Menristek Dikti menegaskan hal itu harus segera dirombak. Dia pun akan segera menyiapkan regulasi yang sesuai untuk mendorong PTN bergerak. Saat ini sebenarnya dalam pembuatan prodi baru diserahkan kepada perguruan tinggi masing-masing.
“Dulu kalau buka prodi harus ikuti permen yang ada. Itu yang sudah saya cabut. Prodi silakan dibuat sesuai dengan kebutuhan industri. Kalau pasarnya ada silakan,” tuturnya.
Sebagaimana arahan Presiden, prodi-prodi yang sudah usang akan lebih baik jika disederhanakan saja. Terutama prodi-prodi yang peminatnya sudah tidak ada.
“Misalnya bahasa daerah yang tidak ada peminatnya. Kan apakah perlu prodi. Kenapa misalnya bahasa daerah dijadikan peminatan. Jadi lebih disederhanakan. Jadi banyak prodi bisa jadi satu,” tuturnya.
Ditanyakan jumlah PTN yang sudah menginisiasi prodi baru, Nasir mengatakan baru satu atau dua saja. Salah satunya ada Politkenik Negeri yang membuat prodi mekatronik.
“Ini yang lagi siapkan prodi sistem ekonomi digital. Itu di PTN sifatnya masih mata kuliah. Itu kan masih skala kecil. Kalau teknologi informatika dan ekonomi jadi satu akan lebih bagus,” ungkapnya.
Sementara Presiden Jokowi mengatakan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa implikasi besar dalam berbagai sendi kehidupan. Adanya hal tersebut harus segera direspons oleh perguruan tinggi secara cepat.
“Yang pasti harus direspons secara berbeda oleh perguruan tinggi. Jangan kita terjebak pada zona nyaman yang tahu ada perubahan tapi tidak cepat merespons dari perubahan-perubahan yang ada,” katanya.
Jokowi mengatakan sudah lebih dari tiga tahun terus mendorong agar perguruan tinggi beradaptasi dengan perubahan yang ada. Salah satunya penyesuaian program studi yang ditawarkan perguruan tinggi di Indonesia yang sesuai dengan perkembangan zaman.
“Sangat mengherankan jika zaman sudah berubah tapi fakultas dan program studi tidak banyak berubah. Ini sudah tiga tahun saya ulang-ulang. Saya tunggu sebelum saya mengeluarkan kebijakan yang drastis. Saya tunggu bapak/ibu (pimpinan perguruan tinggi) sekalian untuk merespons ini,” tegasnya.
Dia mencontohkan sejumlah respons yang diberikan perguruan tinggi internasional untuk menghadapi perubahan lanskap ekonomi global. Misalnya saja Kent State University di Ohio, Amerika Serikat, telah menyediakan program Manajemen Perhotelan dan Pariwisata di tingkat master dengan penekanan pada implikasi regional, nasional hingga global dalam industri di lapangan. Bahkan ada pula universitas yang membuka program studi khusus game.
“Di University of Southern California ada juga game studies. Kita harus mengerti sekarang ini anak-anak muda senang esport, senang mobile legend, dan itu mendatangkan income yang besar,” tuturnya.
Jokowi menegaskan, jangan sampai ada perguruan tinggi yang tidak mau menghapus prodi-prodi yang telah usai. Perguruan tinggi harus mampu membuat inovasi prodi baru. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu pun meminta agar perguruan tinggi terbuka mengenai apa saja yang menjadi kendala.
“Dunia sudah berubah seperti ini dan sulit bangun fakultas dan prodi baru. Tidak ngerti ini ekosistem di perguruan tinggi atau di kementerian. Atau di dua-duanya. Bisa duaduanya, kita blak-blakan saja kalau sudah begini. Blak-blakaan sajalah. Saya senang kok blakblakan begini,” ujarnya.
(Feb)
(rhs)
Sumber : https://news.okezone.com