Pemerintah Berambisi Bangun 100 STP
Ilustrasi: Shutterstock
Kamis 24 Mei 2018 15:09 WIB
Koran SINDO, Jurnalis
SURABAYA - Pemerintah berambisi membangun 100 science techno park (STP) hingga 2019 mendatang. Ambisi ini mengacu pada negara lain yang membutuhkan waktu hingga 38, 25, dan paling cepat 15 tahun untuk mengembangkan STP.
“Total hingga saat ini sudah ada 60 STP yang dibangun. STP sebagai pusat inovasi harus mampu melahirkan pengusaha pemula (startup ), khususnya di daerah,” ujar Dirjen Kelembagaan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Patdono Suwignjo seusai kick off meeting Program Pengembangan Kelembagaan Inkubator Bisnis Teknologi di Surabaya kemarin.
Dia menjelaskan, keberhasilan STP yang dibangun bisa menghasilkan startup atau peng usaha pemula berbasis teknologi (PPBT). Startup ini kemudian dikembangkan di lembaga inkubasi bisnis (inkubator) yang menjadi salah satu layanan STP. Patdono menjelaskan, dari 60 STP yang ada di seluruh kementerian, ada 22 STP yang ditargetkan akhir 2019 bisa menghasilkan PPBT secara rutin.
Khusus STP yang ada di Kemenristek Dikti ada 7. Jika dirata-ratakan, menurut dia, dari 7 STP bisa menghasilkan 7 startup . “Pertumbuhan ekonomi di satu daerah bisa terjadi kalau daerah tersebut bisa membangun STP. Dan ekonomi akan tumbuh jika muncul pengusaha baru,” terangnya.
Dia menjelaskan, berbagai intervensi pemerintah di perlukan untuk pengembangan lembaga inkubator. Baik dari segi kebijakan maupun instrumen. Baik itu di bidang kelembagaan, sumber daya maupun jejaring serta berbagai insentif lainnya yang dapat menunjang bertumbuh kembangnya lembaga itu.
Kemenristek Dikti pun memberikan dukungan dengan mewujudkan kebijakan nasional yang mendorong tumbuhnya lembaga inkubasi di Indonesia. Selain itu melaksanakan instrumen kebijakan yang mendukung upaya penumbuhkembangan lembaga inkubasi. Patdono menjelaskan, tahun ini akan diperkuat lembaga inkubator di sembilan PTN BH.
Sebanyak 7 inkubator di antaranya berada di IPB, ITB, UGM, ITS, Undip, Unpad, dan UI yang akan menyokong pertumbuhan STP di kampus masing-masing. “Sementara dua inkubator di Universitas Hasanuddin dan Universitas Airlangga akan ditingkatkan kinerjanya supaya bisa menghasilkan startup ,” tandasnya.
Menurut dia, Kemenristek Dikti juga akan memfasilitasi 5 pendirian inkubator bisnis teknologi baru, yakni di Universitas Negeri Medan, Politeknik Negeri Pontianak, Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin, Universitas Pattimura Ambon, dan Universitas Mataram.
“Kita harap lembaga inkubator yang telah ada bisa menumbuhkan inkubator baru yang berkualitas di wilayah yang belum tersedia sehingga mampu menghasilkan startup secara berkesinambungan,” ungkapnya. Patdono mengatakan, untuk memperkuat lembaga inkubator akan dikembangkan capacity building dan pendampingan penyusunan business model canvas dan business matching .
Pihaknya juga akan melakukan good governance di 5 STP dan pelatihan besertifikasi internasional serta pemagangan di inkubator yang telah mapan untuk 12 inkubator yang dikembangkan. Terkait dengan layanan inkubasi bisnis di STP, Patdono memastikan tenant atau pe serta perusahaan pemula akan di dukung secara komprehensif.
“Inkubator harus bisa membantu bagaimana tenant membuat rencana bisnis yang bagus, termasuk modelnya dan nilai tambah yang diberikan kepada pelanggan. Kemudian bagaimana rencana strategisnya, rencana pemasarannya, dan rencana produksinya,” tambahnya.
Kepala Pusat Inkubator Bisnis dan Pengembangan Kewirausahaan (Incubie) IPB Rokhani Hasbullah menjelaskan, sejak inkubator bisnis didirikan IPB pada 1995 lalu, sudah ada 200 perusahaan pemula yang dihasilkan. Jumlah itu terdiri atas 50 perusahaan yang berusaha di dalam fasilitas inkubasi yang disediakan IPB dan sisanya yang memiliki tempat usaha di luar.
“Kami memberikan pendampingan secara komprehensif dan terpadu selama 3 tahun bagi alumni dan masyarakat yang mau mendirikan startup ,” katanya. Rokhani menyebutkan, tingkat keberhasilan startup yang mereka bina sebesar 83% menjadi perusahaan yang market sharenya semakin tumbuh.
Dia mengungkapkan, keberhasilan pendampingan ini karena para perusahaan pemula didampingi berdasar masalah yang mereka alami. Menurut dia, jika berbicara usaha, ada empat permasalahan yang melingkupinya, yakni produksi, pemasaran, sumber daya manusia, dan permodalan. “Kami memberikan pendampingan secara terarah dan terukur terhadap masalah yang dihadapi startup tersebut,” ujarnya.
(Neneng Zubaidah)
(rhs)
Sumber : https://news.okezone.com