Hadapi Revolusi Industri 4.0, Menteri Nasir Undang Kampus Asing Kembangkan Cyber Universities

Foto: Dok Kemristekdikti

Rabu 24 Januari 2018, 17:10 WIB

Susi Fatimah, Jurnalis

JAKARTA - Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Mohamad Nasir mengundang perguruan tinggi terbaik di dunia untuk bekerja sama dalam meningkatkan mutu institusi pendidikan tinggi di Indonesia, mempersiapkan oritentasi dan literasi baru dalam bidang pendidikan tinggi, terutama yang sangat terkait erat dengan persiapan sumber daya manusia dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0.

Hal tersebut dikatakan Nasir saat memberikan pemaparan dan berpartisipasi pada forum "The Education World Forum 2018: Global Summit for Education Minister”, di London, Inggris.

Menurutnya, literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru dalam bidang pendidikan tinggi dalam rangka membersiapkan sumber daya manusia yang kompeten di masa depan. Tiga literasi baru tersebut adalah Data Literation, Technology Literation dan Human Literation.

Ia memaparkan, literasi data adalah kemampuan untuk membaca, analisa dan menggunakan informasi dari Big Data dalam dunia digital. Literasi Teknologi adalah kemampuan untuk memahami sistem mekanika dan teknologi dalam dunia kerja, seperti Coding, Artifical Intellence (AI), dan prinsip-prinsip teknik rekayasa (engineering principles). Sedangkan Literasi Manusia (Sumber Daya Manusia) adalah dalam bidang Kemanusiaan, Komunikasi dan Desain (Rancangan). Hal ini yang perlu dikuasai oleh semua lulusan sarjana di Indonesia.

"Khusus untuk Literasi Manusia (SDM), strategi yang harus diterapkan kepada generasi penerus adalah mereka harus mampu berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dapat melakukan pendekatan kemanusian dengan melaksanakan komunikasi yang baik dan berbobot, selain harus menguasi desain kreatif dan inovatif," ujar Nasir dalam siaran pers yang diterima Okezone, Rabu (24/1/2018).

Ia juga menekankan keberhasilan Indonesia untuk menggiring SDM muda menghadapi Revolusi Industri 4.0 dengan ditentukan oleh kualitas dari dosen, guru, maupun tenaga pendidik lainnya.

"Mereka harus menguasai skills (dalam kepemimpinan dan tim kerjasama, kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global (cultural agility), serta mempunyai kemampuan untuk berwirausaha (entrepreneurship), termasuk penguasaan social entrepreneurship," paparnya.

Adopsi teknologi baru kedalam Revolusi Industri 4.0, sambung dia, juga ditandai dengan kemampuan SDM Indonesia untuk melakukan berbagai terobosan inovasi, meningkatkan kemampuan untuk menggunakan informasi dari internet dengan optimum, memperluas akses dan meningkat proteksi cyber security.

"Yang menggembirakan adalah Indonesia masuk dalam kategori negara yang siap untuk menjalankan Revolusi Industri ke-4 tersebut. Hal ini merujuk kepada report awal dari “The Preliminary 4IR Country Readiness Evaluation”, dimana Negara Indonesia dikatakan sebagai kandidat yang potensial dan siap untuk menyambut Revolusi Industri ke-4 (4-IR). Untuk ini, Indonesia yang mendapatkan keuntungan dari ‘foreign direct investment (FDI)’, terus menerus membangun infrastruktur dalam bidang pendidikan tinggi, untuk mempersiapkan 4 IR," kata Nasir.

Selanjutnya, ia mengatakan bahwa Indonesia saat ini telah mencapai peringkat ke-36 (2016/2017) dari 137 Negara didunia, merujuk dari laporan Global Competitiveness Index (GC). Angka ini melonjak 5 angka dari peringkat 41 (2015/2016). Posisi ini antara lain dipengaruhi oleh indeks market size Indonesia yang mencapai ranking ke-9, perkembangan macroeconomic environment yang mencapai peringkat ke-26, serta kenaikan indeks infrastruktur dalam 5 tahun terakhir.

Perkembangan Revolusi Industri ke-4 di Indonesia, juga ditunjukkan dengan berkembangnya sistem online. Untuk itu, tenaga kerja Indonesia harus menguasai teknologi digital. Hal ini perlu dimulai dari perbaikan dan atau reorientasi program pendidikan tinggi, sehingga dapat menghasilkan sarjana yang berkualitas.

Tiga prinsip yang perlu diterapkan adalah Competency-based Education (pendidikan berbasis kompetensi), The Internet of Things (IoT), penggunaan internet dalam sistem pengajaran, Virtual/Augmented Reality (pengembangan sistem pendidikan berbasis maya (virtual), untuk peningkatan transfer teknologi dari luar ke Indonesia, serta Artificial Intelligence (AI) (pengembangan platform pendidikan online, sehingga mahasiswa dapat memperoleh ilmu pengetahuan dan teknologi yang dibutuhkan melalui online.

"Oleh sebab itu, Indonesia menyambut baik institusi pendidikan tinggi asing, yang mau bekerja sama dalam pembangunan cyber universities di Indonesia, serta mengembangkan sistem pengajaran jarak jauh (online learning system)," tutupnya.

Dalam kunjungan kerja ke London, Inggris, Menteri Nasir juga melakukan pertemuan bilateral dengan Duta Besar Inggris untuk Indonesia, YM Moazzam Malik yang mengusulkan untuk membentuk Komite Pendidikan Tinggi dan Iptekdikti Indonesia Inggris pertama pada Mei 2018.

(sus)

Sumber : https://news.okezone.com