Diaspora Indonesia Ditantang Wujudkan Pendidikan yang Mampu Bersaing di Kelas Dunia

Foto: Antara

Rabu 27 Desember 2017, 13:17 WIB

Elva Mustika Rini, Jurnalis  

JAKARTA - Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemristekdikti) mengundang para ilmuwan Diaspora Indonesia untuk kembali ke Tanah Air dalam Simposium Cendekia Kelas Dunia (SCKD) yang merupakan puncak acara dari Program World Class Scholars (WCS) 2017 di Hotel Sultan Jakarta, baru-baru ini.

Melalui kehadirannya, Wakil Presiden Jusuf Kalla memberi apresiasi langsung kepada para ilmuwan Diaspora sekaligus menantang mereka untuk mewujudkan pendidikan Indonesia yang mampu bersaing dengan perguruan tinggi kelas dunia.

 “Saya berterima kasih kepada para Diaspora yang tidak hanya memiliki kemampuan luas dan diakui di lingkup internasional, namun juga menjadi pengajar. Pendidikan di Indonesia membutuhkan pengalaman Anda untuk membuat standar baru, sehingga kita tidak hanya menjadi konsumen pendidikan di luar negeri. Ke depan, dengan peran serta Anda semua saya berharap Indonesia dapat memberikan ilmu,” ungkapnya, seperti dilansir dari Ristekdikti, Rabu (27/12/2017).

Lanjut JK, Indonesia harus mampu menghasilkan lulusan yang berpengaruh di kancah internasional, seperti menjadi CEO perusahaan-perusahaan besar yang saat ini banyak didominasi lulusan asal India dan Tiongkok. Indonesia mampu meningkatkan perekonomiannya melalui penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi.

Sejak kembali ke Tanah Air pertengahan Desember lalu, para ilmuwan sudah disambut dengan Gala Dinner bersama Dirjen Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghuffron Mukti. Mereka juga telah berkesempatan mengunjungi 10 perguruan tinggi dan institusi riset demi bertemu mitra mereka.

“Kemristekdikti melihat kerinduan pada Diaspora untuk berbakti bagi nusa dan bangsa sehingga acara Simposium Cendekia Kelas Dunia ini menjadi potensi untuk merekatkan nasionalisme kebangsaan. Kami menyediakan wadah bertemu bagi mereka dengan saudara-saudara mereka di Indonesia untuk kemudian berkolaborasi bersama membangun Tanah Air,” tutur Menristekdikti, Mohamad Nasir.

Semangat para ilmuwan untuk memberi sumbangsih di bidang pendidikan Indonesia terlihat dari jumlah pendaftar yang mencapai 100 ribu lebih ilmuwan. Bekerja sama dengan Akademi Ilmuwan Muda Indonesia, Menristekdikti melakukan seleksi ketat terkait data diri, kualifikasi akademis, penelusuran riwayat akademis, capaian akademis, hingga etika akademis pengusul.

Para Diaspora yang hadir dalam SCKD merupakan 40 ilmuwan terpilih yang lolos seleksi dan siap berkontribusi untuk Indonesia.

Program serupa pernah diselenggarakan pada tahun sebelumnya dengan tema ‘Visiting World Class Professor’. Diubahnya tema tersebut menjadi WCS 2017, adalah untuk menjangkau publik yang lebih luas tidak hanya dari akademisi kampus, tetapi juga para Diaspora yang berasal dan berkarier di industri luar negeri.

“Perubahan nama program dari Visiting World Class Professor pada tahun 2016 menjadi World Class Scholars di tahun 2017 dikarenakan dua hal. Pertama tahun ini kami memiliki program yang sama, yakni World Class Professor yang mengundang tidak hanya dikhususkan Diaspora namun juga seluruh academics leaders dari seluruh universitas terbaik dunia untuk hadir di perguruan tinggi di Indonesia. Kedua, kami ingin menjangkau publik yang lebih luas tidak hanya publik dari akademisi kampus saja yang terlibat tetapi juga para Diaspora yang berasal dan berkarir di dunia industri,” jelas Nasir.

Ia berharap, WCS 2017 dapat mengulang kesuksesan berupa kerja sama antara universitas di dalam dan luar negeri dan jurnal publikasi internasional.

“Semoga program ini menjadi inspirasi tidak hanya bagi masyarakat akademisi, tetapi juga bagi masyarakat luas di seluruh Indonesia. Saat ini kita mendapat kabar gembira bahwa publikasi internasional Indonesia sudah melampaui Thailand. Tetapi publikasi saja tidak cukup, hasil riset harus dihilirisasi sehingga menjadi nilai tambah bagi negara,” pungkasnya.

Selain Jusuf Kalla dan Mohamad Nasir, acara ini juga dihadiri oleh Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek Dikti, Ali Ghufron Mukti; Ketua Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI), Jamaluddin Jompa; serta tamu undangan dari Komisi VII dan Komisi X DPR RI, Dewan Guru Besar Indonesia, Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), Lembaga Pemerintah Non-Kementerian (LPNK), pimpinan maupun perwakilan perguruan tinggi, serta jajaran pejabat di Kemenristekdikti maupun Kementerian lainnya.

(sus)

Sumber : https://news.okezone.com