Keren! Terapkan Hidup ala Imam Syafi'i, Mahasiswa Asal Thailand Sukses Raih IPK 3,8 di ITS

Foto: Dok ITS

Jum'at, 29 September 2017 - 08:20 WIB

Susi Fatimah, Jurnalis

Foto: Dok ITS

JAKARTA - Menuntut ilmu di negeri orang membuat Kholed Langsari, mahasiswa asal Thailand tak main-main. Ia bertekad untuk serius dalam menimba ilmu di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.

Hasilnya berbuah manis, ia mampu meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi yaitu 3,88 pada program Master di Departemen Teknik Informatika.

Keseriusanya dalam menuntut ilmu sudah ia tanamkan sejak awal. Penerima beasiswa Kerjasama Negara Berkembang (KNB) dari Kemristekdikti itu merasa ada tuntutan tersendiri agar dapat berprestasi di negeri orang lain. Karenanya, ia bersungguh-sungguh dan mengatur waktu dengan baik.

Tak hanya unggul di bidang akademik, Kholed juga diketahui merupakan hafidz qur'an. Selama ini, ia menggunakan rumus hidup ala Imam Syafi'i.

"Delapan jam untuk belajar, delapan jam pekerjaan lain, dan delapan jam untuk istirahat," ujarnya seperti dilansir dari laman ITS, Jumat (29/9/2017).

Ia pun mengaku heran saat melihat banyak mahasiswa Indonesia yang bekerja hingga malam. "Pukul sembilan itu waktu untuk istirahat," ucap Kholed.

Pria yang pernah menjawab Ketua Mahasiswa Thailand se-Surabaya itu terbiasa bangun di sepertiga malam untuk menghafal. Baik menambah hafalan qur'annya maupun materi kuliah nanti. Setelah salat subuh, ia kemudian membaca materi kuliah yang ia pelajari.

"Bedakan, mana yang memang untuk dihafal dan yang hanya untuk dibaca," ujarnya.

Kholed mengisahkan, perbedaan budaya antara di kampung halamanya di Pattani, Thailand Selatan dengan di Indonesia. Hal itu sempat membuatnya kaget.

"Saya kaget waktu ada laki-laki dan perempuan berjabat tangan. Bingung saya harus bersikap bagaimana. Di kota saya tidak begitu," tuturnya.

Tak hanya itu, ia juga bingung saat mengetahui masyarakat Indonesia ternyata sulit untuk datang tepat waktu. Kholed mengaku sakit hati jika harus menunggu hingga berjam-jam lamanya demi kerja kelompok.

"Tidak hanya perihal sepele, akademis pun terkadang begitu. Sekarang saya jadi ikut tidak tepat waktu," ujar Kholed sambil terkekeh.

Sementara mengenai bahasa, Kholed tidak merasa kesulitan. Memang, ia tinggal di daerah berbahasa melayu yang notabene tidak jauh berbeda dengan bahasa Indonesia.

Pengalamanya dalam bidang Informatika membuat dirinya lebih unggul dibanding mahasiswa lain. Sebab sebelum menjalani studi S-2 di ITS, Kholed merupakan dosen di Fatoni University.

(sus)

Sumber : https://news.okezone.com