3 Kesalahan saat Wawancara Ini Bisa Membuatmu Ditolak Perusahaan, Apa Saja?

Foto: Ilustrasi Shutterstock

 

Senin, 4 September 2017 - 07:09 WIB

Agregasi Tech In Asia, Jurnalis

JAKARTA - Apakah kamu sedang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan? Merasa tegang karena akan menghadapi proses wawancara dalam waktu dekat? Kalau ya, selamat berjuang!

Proses wawancara memang cukup menegangkan. Bahkan meski sudah memiliki banyak persiapan, rasa gugup bisa menyerang kapan saja hingga kamu salah berkata-kata.

Melakukan kesalahan dalam wawancara itu hal biasa. Staf rekrutmen perusahaan juga manusia dan paham bahwa ada beberapa jenis kesalahan yang bisa dimaklumi, jadi kamu tidak perlu terlalu menyalahkan diri sendiri bila itu terjadi. Cukup lakukan introspeksi, kemudian berusaha lebih baik di wawancara berikutnya.

Bukan berarti kamu boleh santai dan bersikap seenaknya. Ada beberapa jenis kesalahan yang terkesan sepele padahal sebenarnya berakibat fatal dalam wawancara kerja. Beberapa di antaranya dapat kamu simak di bawah.

“Saya tidak pernah gagal.”

Salah satu pertanyaan klasik yang banyak ditanyakan dalam wawancara kerja adalah tentang kegagalanmu. Malah, pertanyaan ini cenderung lebih mungkin muncul bila si kandidat punya kualitas sangat bagus. Bagaimana seseorang merespons kondisi yang di luar kehendak itu lebih penting daripada bagaimana ia berlaku ketika semuanya berjalan baik-baik saja.

Mungkin kamu pernah gagal memenuhi deadline, mengambil risiko yang ternyata tidak menghasilkan, atau sesimpel mendapat nilai jelek saat ujian. Nyatanya, tidak ada orang di dunia ini yang tidak pernah gagal.

Merespons pertanyaan tentang kegagalan dengan, “Saya tidak pernah gagal,” justru merupakan jawaban terburuk. Bisa jadi ini artinya kamu berbohong (karena takut dianggap payah), atau lebih parah lagi, tidak sadar bahwa kamu pernah gagal.

Selain bagaimana caramu mengatasi krisis, kondisi yang tidak menguntungkan kadang juga akan memaksamu untuk meminta bantuan dari orang lain. Ketika merekrut karyawan, perusahaan ingin seseorang yang bisa bekerja sama. Poin inilah yang harus kamu tunjukkan, bukan sekadar pamer kemampuan bekerja sendiri.

Berkata tidak senonoh

Sebuah anekdot menyatakan bahwa kamu tidak boleh melakukan posting apa pun di media sosial, kecuali hal-hal yang patut dibaca oleh bosmu dan nenekmu. Aturan yang sama juga berlaku dalam wawancara kerja.

Ingat, ketika kamu menerima pekerjaan, kamu akan menjadi salah satu “wajah” perusahaan di muka umum. Perusahaan tidak akan mau menerima orang yang bisa mencoreng nama baik mereka. Jangan pernah mengatakan hal-hal yang menyinggung isu SARA, melontarkan kata-kata kotor, atau cara bicara tidak senonoh lainnya.

Terkadang ada wawancara yang nuansanya begitu santai sampai kita merasa seperti bicara dengan teman dan lupa sedang dinilai. Bila kamu tidak sopan, apalagi sampai menyinggung staf SDM yang kamu ajak bicara, siap-siap saja pulang dengan tangan hampa.

Menjelek-jelekkan orang lain

Punya rasa percaya diri yang tinggi itu bagus, tapi jangan sampai kamu tertukar antara rasa percaya diri dengan sombong. Kalau kamu merasa dirimu begitu hebat sampai kamu terus-menerus merendahkan orang lain dalam percakapan, kamu harus segera memperbaiki diri.

Orang yang sombong dalam wawancara tidak hanya akan merendahkan kandidat lain, tapi juga merendahkan rekan-rekan yang pernah bekerja dengannya. Mungkin dia bahkan akan bersikap seolah-olah perusahaan rugi bila tidak merekrutnya. Walaupun bisa jadi ada benarnya, itu bukan sikap yang diinginkan dari seorang karyawan.

Nantinya, ketika tidak diterima, dia akan menuntut perusahaan untuk memberikan penjelasan. Dia merasa lebih layak mendapat posisi dari orang lain, bahkan menjelek-jelekkan staf SDM yang dihadapinya. Apakah kamu mau bekerja dengan orang seperti ini?

Tahukah kamu, apa hal paling berbahaya dari tiga kesalahan di atas? Yaitu bahwa orang yang melakukannya tidak merasa bahwa dia salah. Mungkin karena sudah terlalu terbiasa (misalnya di pergaulan sehari-hari), mereka jadi tidak sadar kalau sebenarnya sikap-sikap demikian tidak baik dilakukan dalam lingkungan profesional.

Terlepas dari berada dalam lingkungan profesional atau tidak, sebetulnya hal-hal di atas juga tidak baik untuk dibiasakan. Semoga tulisan ini bisa membantu kita memperbaiki diri, juga bisa membantumu dalam memilih karyawan terbaik untuk perusahaan.

(sus)

Sumber : https://news.okezone.com