Mantap! Mahasiswa Yogyakarta Bikin Meteran Listrik Pintar, seperti Apa?

Foto: Dok UGM

Jum'at, 25 Agustus 2017 - 07:31 WIB

Siska Permata Sari, Jurnalis ·

JAKARTA - Mahasiswa rupanya tak hanya fokus mengembangkan penelitian dan inovasi di bidang medis saja, tetapi juga di bidang teknologi. Seperti dilakukan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) yang mengembangkan inovasi berupa meteran listrik pintar.

Mahasiswa itu di antaranya Oca Tantya Saputra, Damai Bela Nusantara, Muhammad Yasirroni, Dimas Pulung Herjuno, dan Aliefya Fadhila Ramadhani.

Lima mahasiswa yang tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Teknik tersebut mengembangkan Smart atau Solusi Metering Adaptif untuk Rumah Tangga.

Salah satu mahasiswa Oca menjelaskan, Smart bikinan timnya tersebut memiliki fungsi sebagai komponen pelengkap meteran listrik.

Alat itu diletakkan di jaringan listrik untuk meminimalisir terjadinya padam listrik akibat permasalahan di sisi pelanggan. Misalnya, hubungan singkat listrik atau korsleting maupun kelebihan beban listrik.

"Ketika terjadi overload, maka listrik hanya padam pada peralatan yang kita pilih saja, misalnya pada AC. Begitu juga jika terjadi short circuit, listrik hanya padam pada perlatan yang mengalami korsleting saja," jelas Oca seperti dilansir dari laman UGM, Jumat (25/8/2017).

Kemudian, lanjut Oca, Smart tersebut didukung pula dengan aplikasi mobile untuk memonitor penggunaan daya listrik sebuah rumah yang telah dipasangi Smart. Aplikasi ini, jelas dia, bekerja dengan konsep preventif dan responsif.

Oca memaparkan, upaya preventif yang dilakukan oleh aplikasi Smart yakni dengan memberikan pop up notifikasi di smartphone pengguna apabila penggunaan daya listrik telah melebihi kapasitas. Sementara tindakan responsifnya yakni dilakukaan saat overload sehingga alat Smart secara otomatis akan memilih piranti elektronik tertentu untuk dinon-aktifkan.

"Prinsip tersebut juga diterapkan untuk menanggulangi hubungan singkat yaitu listrik hanya padam pada peralatan yang mengalami korsleting saja," imbuhnya.

Menurut Oca, alat yang digarapnya bersama tim tersebut juga bisa dipakai di dunia industri. "Apabila terjadi kelebihan beban pada industri, maka pemadaman hanya akan terjadi pada peralatan yang dipilih saja, sehingga mesin-mesin produksi tidak akan padam," kata Oca. Hal ini dinilai bisa mengurangi angka cacat produksi yang diakibatkan oleh gangguan listrik tersebut.

Smart, kata Oca, juga memiliki potensi besar untuk mengatasi kekurangan listrik di Indonesia. Pasalnya, jika diterapkan secara masif, alat tersebut dapat saling berkomunikasi dan membentuk komponen sebagai smart city atau kota pintar. Sehingga nilai kerja pemutus Smart bisa dimanfaatkan untuk mengakomodir daya listrik masyarakat.

Misalnya, lanjut dia, ketika terjadi kelebihan pada sisi pelanggan, Smart tidak akan melakukan trip apabila trafo masih bekerja pada batas aman. "Contoh lain jika terjadi kekurangan daya pembangkitan akbat bencana, Smart dapat mengganti pemadaman bergilir dengan pembatasan daya pelanggan secara bergilir," terangnya.

Ia berharap, alat berupa meteran listrik pintar yang dibuatnya bersama tim tersebut bisa menjadi solusi ke depan untuk meminimalisir mati listrik. Baik akibat kelebihan beban atau hubungan arus pendek listrik (korsleting).

(sus)

Sumber media online: https://news.okezone.com