PRIHATIN KASUS CUCI DARAH MENINGKAT, MAHASISWA POLINES CIPTAKAN APLIKASI “GLUKOSAW”
Semarang - Tingginya kasus diabetes mendorong tim mahasiswa Politeknik Negeri Semarang (Polines) berinovasi mengembangkan aplikasi “Glukosaw” untuk membantu masyarakat dalam memantau asupan gula.
Pengembangan aplikasi Glukosaw merupakan praktik baik dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karsa Cipta (PKM-KC). Aplikasi ini dirancang untuk memberikan peringatan dan informasi terkait kandungan gula pada produk kemasan, terutama untuk penderita diabetes.
Muhammad Haidar Alfathin, selaku inovator aplikasi Glukosaw, mengatakan bahwa inspirasi pengembangan aplikasi ini bermula dari tren cuci darah pada kalangan muda akhir-akhir.
“Tren ini membuat saya prihatin. Apalagi, banyak teman-teman di sekitar saya yang mengonsumsi minuman manis tanpa tahu kandungan gula dari minuman tersebut,” kata Muhammad Haidar.
Setelah diskusi dengan dosen pembimbing, lanjut Muhammad Haidar, ia dan timnya kemudian mengembangkan aplikasi.
“Setelah konsultasi dengan pembimbing, Pak Mardiyanto dan Pak Afandi, kami membuat aplikasi yang dapat memberikan edukasi kepada konsumen tentang kandungan gula dari produk yang ingin mereka konsumsi,” tambahnya.
Tim Glukosaw sendiri terdiri atas Muhammad Haidar A.F., Achmad Muchibin, Zulfa Rosya N.R., Aufaa Hamiidah, dan Fasya Namila T.
Pengembangan aplikasi ini menggunakan teknologi Optical Character Recognition (OCR) yang secara otomatis akan membaca dan menampilkan informasi kandungan gula dalam bentuk teks dan suara hanya dengan mengambil gambar tabel nilai gizi pada produk kemasan makanan atau minuman.
Fitur ini mengategorikan kandungan gula menjadi empat tingkatan, ditandai dengan huruf A hingga D. Kategori A menunjukkan bahwa produk tersebut aman dikonsumsi karena mengandung kurang dari 0,5 gram gula. Kategori B berarti produk mengandung antara 0,5 hingga 6 gram gula, kategori C antara 6 hingga 12 gram, dan kategori D menunjukkan bahwa produk mengandung lebih dari 12 gram gula, yang sebaiknya tidak dikonsumsi secara berlebihan.
Pemberian label indikator gula ini telah disesuaikan dengan rekomendasi WHO dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), serta regulasi BPOM Nomor 1 Tahun 2022 dan BPOM Nomor 26 Tahun 2021. Di sisi lain, Kemenkes menyarankan bahwa konsumsi gula harian tidak boleh lebih dari 50 gram per hari, atau setara dengan empat sendok makan.
Bersamaan dengan menampilkan hasil pemindaian, aplikasi ini juga memberikan peringatan tambahan melalui getaran dan suara. Ketika kandungan gula dikategorikan dengan huruf C atau D, aplikasi akan memberikan peringatan berupa getaran dan peringatan suara melalui fitur Text-to-Speech. Fitur ini memanfaatkan teknologi AI untuk menganalisis informasi secara akurat dan menyampaikannya dalam bahasa yang mudah dipahami oleh pengguna.
Fitur getaran dan suara ini dirancang untuk memberikan peringatan cepat dan intuitif kepada pengguna mengenai kadar gula yang tinggi supaya dapat membantu pengguna yang memiliki gangguan penglihatan.
Bermanfaat
Dokter Poliklinik Politeknik Negeri Semarang, Rahmi Handayani, mengatakan bahwa aplikasi ini sangat bermanfaat bagi masyarakat yang selama ini masih kebingungan dalam membaca label nilai gizi. Menurutnya, hasil yang ditampilkan juga sudah sesuai dan mudah dipahami.
“Aplikasi ini membantu sekali. Apalagi, banyak makanan atau minuman kemasan itu yang kandungan gulanya tinggi jadi ini merupakan langkah yang baik agar masyarakat lebih mudah menjaga asupan gula sehari-hari,” ujar Rahmi Handayani.
Sementara itu, Mardiyono, selaku dosen pembimbing, berharap dengan aplikasi ini dapat memberikan kemudahan bagi konsumen, terutama bagi penderita diabetes dalam memantau asupan gula mereka sehari-hari.
“Kami percaya bahwa teknologi dapat menjadi alat yang efektif dalam mendukung kesehatan masyarakat,” ujar Mardiyono.
Selain itu, aplikasi ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga pola asupan gula harian dengan mengonsumsi produk yang lebih sehat (kandungan gula yang aman untuk kesehatan). Aplikasi ini juga mendorong produsen minuman untuk turut berkontribusi dalam menjaga keseimbangan asupan gula melalui produk-produk yang lebih sehat.
“Inovasi ini merupakan wujud komitmen mahasiswa Polines dalam mendukung kesehatan masyarakat melalui pemanfaatan teknologi terbarukan,” kata Mardiyono. (Polines/Nan/Cecep)
Sumber: vokasi.kemdikbud.go.id