Luar Biasa! Mesin "Penyulap" Garam Krosok Jadi Garam Industri Ini Hasil Karya Mahasiswa

Foto: Dok ITS

Selasa, 8 Agustus 2017 - 09:10 wib

Susi Fatimah

Jurnalis

JAKARTA - Di tengah ramainya pemberitaan terkait melambungnya harga garam dan pro kontra impor garam, lima orang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya justru menciptakan inovasi yang bermanfaat bagi para petani garam.

Kelima mahasiswa tersebut menciptakan mesin yang dapat memurnikan garam krosok menjadi garam industri. Garam industri adalah garam yang digunakan untuk tekstil, farmasi, kertas, dan kaca. Mesin tersebut mampu memurnikan garam secara otomatis.

Mereka adalah Nur Imam Ahmadi dibantu oleh empat rekannya Syamsul Rizal, Annisa Widowati, Alam Firmansyah, dan Rachmat Sandryan. Kelimanya merupakan mahasiswa jurusan Teknik Kimia dan Teknik Instrumentasi.

Nur mengatakan, saat ini tingkat kemurnian garam lokal masih rendah yaitu 90 persen sehingga belum mampu dijadikan sebagai garam industri. Sementara untuk garam industri harus memiliki tingkat kemurnian 97 persen.

Selain itu, garam krosok masih mengandung banyak zat pengotor. ’’Alat ini menghasilkan garam dengan persentase zat pengotor hanya 0,06 persen,” ujar Nur dalam rilis yang diterima Okezone, Selasa (8/8/2017).

Dengan menggunakan mesin ini, sambung Nur, pemurnian garam berlangsung selama dua sampai tiga jam dengan kapasitas mesin 3 kilogram. Untuk prosesnya, awalnya garam dimasukkan tabung, kemudian dicampur air. Lalu, larutan garam itu diberi tiga zat kimia, yaitu NaOH, Na2CO3, dan PAC. Tiga zat kimia tersebut akan mengikat zat pengotor. Zat itu akan mengendap di bawah, sedangkan di atasnya terdapat larutan garam bersih.

Larutan garam bersih tersebut diproses lagi. Disaring di tabung lain. Setelah itu, dipanaskan hingga menjadi kristal-kristal garam. Bentuk akhirnya serupa dengan garam dapur.

"Tapi, kandungan NaCl-nya lebih tinggi," tambah Syamsul.

Kelimanya sudah mengembangkan alat tersebut sejak September 2016. Pembuatan alat berlangsung selama tiga bulan dan menghabiskan dana sebesar Rp10 juta. Selama mengembangkan mesin ini, kelimanya menemui banyak kendala.

"Motor untuk mesin tidak pas sehingga kami harus mencari solusinya. Terus, jadwal kami juga tabrakan satu sama lain," tutur Alam.

Kendati menemui banyak kendala, Nur dan tim berharapan alat ciptaan mereka bisa bermanfaat bagi petani garam di Indonesia. Terlebih saat ini

Indonesia masih mengimpor garam industri. Fakta tersebut didapat Nur dari hasil diskusi dengan PT Garam pada bulan Juni lalu. Negara yang menyuplai adalah Australia dan India.

"Bila ini terus dikembangkan, maka hasil inovasi ini bisa bermanfaat bagi petani dan pemerintah tentunya," ungkapnya.

(sus)

Sumber media online : http://news.okezone.com