KBRI Tokyo Kenalkan Kampus Merdeka di Keio University
Program AGTC ke Keio University. DOK Kemendikbudristek
17 Mei 2022 19:53
Pendidikan Kebudayaan Kampus Merdeka Merdeka Belajar KBRI IISMA KBRI Tokyo
Renatha Swasty
Jakarta: Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Tokyo terus bersafari diplomasi pendidikan dan kebudayaan ke berbagai perguruan tinggi di Jepang melalui program Ambassador Goes To Campus (AGTC). Salah satunya ke Keio University, perguruan tinggi yang masuk daftar Top 300 QS 2022 Ranking dan berminat menjadi mitra Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dalam program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA).
Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Tokyo, Yusli Wardiatno, bersama Sekretaris II Fungsi Penerangan, Sosial, dan Budaya (Pensosbud), Jurman Saputra Nazar, memperkenalkan konsep Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) dan Program IISMA. Perkenalan pada Wakil Rektor Bidang Kerja Sama Internasional dan Informasi Teknologi, Motohiro Tsuchiya, dan Kepala Kantor Kerja Sama Internasional, Tomo Sato.
“Kami harap dengan kunjungan ini akan lebih banyak perguruan tinggi di Negeri Sakura yang masuk menjadi mitra Kemendikbudristek," kata Yusli
Yusli menyebut Jepang sangat maju dalam pengembangan keilmuan di perguruan tinggi. Pihaknya ingin lebih banyak mahasiswa S1 asal Indonesia belajar di jepang sini untuk meningkatkan kompetensi baik soft skills maupun hard skills.
"Sehingga dapat menjadi lulusan yang siap menjadi pemimpin masa depan bangsa yang unggul dan berkepribadian,” kata Yusli.
Motohiro Tsuchiya sangat mengagumi konsep MBKM. Dia menuturkan Keio University sangat berminat mendaftar menjadi mitra Kemendikbudristek pada 2022. Hal itu agar mahasiswa S1 Indonesia bisa memilih Keiko university menjadi tujuan universitas dalam Program IISMA 2023.
“Program MBKM sangat menarik dan Jepang seharusnya belajar konsep ini dari Indonesia. Kami juga ingin mengirimkan mahasiswa Keio University untuk belajar di perguruan tinggi di Indonesia. Semoga ada beasiswa khusus dari Pemerintah Indonesia,” kata Tsuchiya.
Sementara itu, sebagai delegasi kedua pada program AGTC di kampus Shonan Fujisawa, Keio University, Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang, Heri Akhmadi, berdiskusi dengan Dekan Fakultas Lingkungan dan Kajian Informasi, Fumitishi Kato. Heri memberikan kuliah umum dalam Bahasa Indonesia dengan tema ‘Indonesia–Japan: A Shared Future and History’.
Kuliah diberikan pada 60 mahasiswa Jepang yang mengambil mata pelajaran Bahasa Indonesia. Keio University merupakan universitas tertua di Jepang dan merupakan salah satu perguruan tinggi yang menawarkan mata kuliah Bahasa Indonesia dengan pengampu ialah Petrus Ari Santoso.
Heri berharap Program AGTC dengan format kuliah umum dan promosi serta workshop budaya akan menjadi template dalam program KBRI Tokyo di berbagai universitas yang masuk QS Ranking 300 besar.
"Dengan kombinasi diplomasi pendidikan dan budaya, diharapkan ada peningkatan dalam people-to-people contact yang semakin menguatkan hubungan Indonesia Jepang saat ini dan saat mendatang,” ucap Heri.
Delegasi KBRI Tokyo juga melakukan promosi budaya Indonesia dengan suguhan berbagai tarian tradisional berupa tari Puspanjali, Bali, dan Piring, Sumatra Barat. Mahasiswa Keio turut serta menyuguhkan tari Ondel-ondel asal Betawi dan pencak silat oleh atlet nasional Jepang Daisuke Aso.
Kemeriahan promosi budaya membuncah ketika mahasiswa Jepang diminta maju ke depan kelas untuk belajar Tari Piring oleh diaspora Indonesia pegiat budaya, Tini Kodrat. Di akhir kunjungan, delegasi KBRI diajak berfoto bersama di depan patung Fukuzawa Yukichi, pendiri Keio University pada 1858.
(REN)
Sumber : https://www.medcom.id/