Kesalahan Mahasiswa saat Mengirim Pesan ke Dosen Pembimbing Skripsi, Apa Saja?
Ilustrasi Medcom.id
17 Februari 2022 18:28
Pendidikan Dosen Perguruan Tinggi skripsi Mahasiswa
Muhammad Syahrul Ramadhan
Jakarta: Dalam mengerjakan skripsi mahasiswa didampingi oleh dosen pembimbing (dospem). Namun, kerap kali ditemui mahasiswa kesulitan menghubungi dospem untuk bimbingan.
Hal ini disebabkan oleh masalah komunikasi. Di mana mahasiswa dalam mengirim pesan singkat melalui Whatsapp ke dospem tidak menggunakan etika atau tata krama.
Kesalahan tersebut tentu membuat dospem enggan membalas pesan mahasiswa. Hal tersebut diungkapkan oleh Dosen Komunikasi dan Penyiaran Islam Universitas Ibn Khaldun, Chodidjah Makarim.
Chodidjah Makarim mengungkap mahasiswa yang sedang skripsi ingin instan atau cepat. Akibatnya melupakan tata cara komunikasi yang baik dengan dospem. Padahal, cara mengirim pesan dosen sederhana saja dengan menuliskan salam, identitas, dan tujuan. Tapi, saya masih banyak tidak melakukannya.
“50 persen bimbingan saya melakukan beberapa kesalah, tidak menuliskan salam dan salam penutup langsung isinya saja. Bahkan itu kurang sopan,” ungkap Chodidjah Makarim dalam kanal YouTube miliknya seperti dilihat Medcom.id, Kamis, 17 Februari 2022.
Kesalahan mahasiswa saat mengirim pesan ke dospem
Chodidjah Makarim pun membeberkan beberapa kesalahan mahasiswa dalam mengirim pesan berdasarkan pengalamannya menjadi dospem.
1. Kurang sopan
Pertama adalah mahasiswa kurang sopan bahkan cenderung tidak sopan ketika mengirim pesan ke dospem. Selain tidak memberi salam dan identitas, bahasa yang digunakan juga tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Bu mao ke kmpz nggak? Maksudnya mau ke kampus nggak dengan tanda tanya tiga. Ini sangat tidak sopan. Itu saya terima, sering ketemu begitu,” ungkapnya.
Tentu pesan seperti itu tidak akan dibalas oleh dosen ya! Chodidjah menjelaskan selain tidak salam juga tidak mencantumkan nama tentu tidak akan dibalas. Pasalnya, tidak semua dosen langsung menyimpan mahasiswa bimbingannya, apalagi jika baru pertama kali melakukan bimbingan.
“Pertama saya tidak tahu, meski itu pasti bimbingan saya. Tapi nggak tau namanya nggak ada, nomornya nggak disimpan. Belum tau apa tujuan intinya,” jelasnya.
2. Menggap dosen editor
Dosa mahasiswa selanjutnya adalah mengirim pesan seolah dospem itu editor. Contohnya “Bu maaf tanya skripsi saya sudah dikoreksi?”.
Hal ini terjadi ketika sudah bimbingan beberapa kali dan mahasiswa sudah melakukan sejumlah revisi dari dospem. Menurut Chodidjah pertanyaan tersebut tidak sopan dan menganggap dospem sebagai korektor atau editor.
“Harus dicatat dospem buka korektor, buka editor. Dosen membimbing kamu menulis skripsi jadi harus bertanya dengan sopan, posisikan dospem sebagai pembimbing. Apalagi tanda tanya tiga, lebih dari satu itu tidak sopan,” terangnya.
3. Memaksakan kehendak
Kesalahan berikutnya adalah memaksakan kehendak. Ia mencontohkan sebuah kasus, mahasiswa memberikan draft skripsi kepada dosen yang terdiri dari tiga bab dan besoknya sudah menanyakan apakah draftnya sudah bisa diambil.
“Waktu bertanya tidak sopan, pengungkapan kata tidak sopan. Jadi tetap pada bimbingan, misa Assalamualaikum saya ingin konfirmasi. Tetap kata kuncinya bimbingan. Bukan berarti sudah menyimpan draft diserahkan, besok sudah ingin diambil. (Tugas) Dospem banyak, memaksakan kehendak,” ungkapnya.
(RUL)
Sumber : https://www.medcom.id/