Siswa Jangan "Latah", Ini 5 Kunci Memilih Jurusan Kuliah yang Tepat
Foto: iStockphoto
Jumat, 11 Feb 2022 09:00 WIB
Fahri Zulfikar - detikEdu
Jakarta - Apakah kamu merasa bingung pilih jurusan kuliah padahal sudah kelas 12 SMA? Karena sudah terdesak waktu, alih-alih memilih jurusan yang tepat, seringkali siswa hanya "latah" mengikuti teman-temannya.
Pada umumnya, siswa akan memilih jurusan kuliah berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki. Namun, seringkali siswa bingung membedakan minat dan bakat dengan hobi.
Selain itu, masa SMA juga sering menjadi waktu bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Sehingga terkadang minat bisa berubah-ubah hingga akhir kelas 12 SMA.
Gali Minat dan Bakat Sedini Mungkin
Menurut psikolog pendidikan Runi Rulangi menggali minat dan bakat anak ataupun remaja perlu dilakukan sedini mungkin. "Saya rasa kapan saat yang terbaik itu ketika seseorang apakah itu anak atau remaja, sudah mulai punya aspirasi," ujarnya pada detikEdu, Kamis (10/2/2022).
Anggi, sapaan akrabnya, menambahkan, "Misalnya suka dengan hobi tertentu, suka dengan kegiatan tertentu. Nah, ketika hal itu sudah kelihatan oleh orang tua, perlu dicek atau dites."
Saat menelusuri minat dan bakat tersebut, pengajar pada prodi Psikologi Universitas Pembangunan Jaya (UPJ), Tangerang Selatan ini menganjurkan perlu ada peran dari lingkungan terdekat baik itu orang tua ataupun keluarga lainnya.
Pilih Minat dan Bakat yang Paling Nyaman dan Ingin Dikembangkan
Seringkali ditemukan bahwa siswa memiliki kecenderungan minat dan bakat yang menonjol lebih dari dua bidang. Hal ini perlu diperhatikan agar tidak keliru memilih.
Anggi menjelaskan kunci untuk mengetahui mana yang akan dipilih bisa dilihat dari perasaan nyaman dan antusias untuk terus mengembangkan potensi tersebut.
"Kalau misal ada dua atau lebih hal yang menonjol pada anak, bisa dilihat lagi mana yang benar-benar anak itu merasa nyaman dan ingin terus mengembangkan hal itu ke depannya," ujar dosen lulusan Magister Profesi Psikologi Pendidikan UGM Yogyakarta ini.
Ia menambahkan, "Okelah ketika anak itu jago matematika, tapi apakah anak itu merasa nyaman dan ingin terus mengembangkan potensinya kan belum tentu."
"Karena bisa saja ketika kita suka sesuatu, ada saatnya kita mentok. Itu berarti bukan jalan yang tepat. Dan jalan yang tepat bisa jadi ada di hal yang lain di mana kita ingin terus dan terus mengeksplore," lanjutnya.
Libatkan Orang Tua untuk Diskusi
Dalam pemilihan jurusan, peran orang tua juga sangat penting. Dijelaskan Anggi bahwa orang tua perlu terlibat dengan anak.
"Ketika aspirasi muncul, di masa itulah orang orang terdekat perlu terlibat dan perlu bersama-sama dengan anak untuk berdiskusi. Termasuk nanti saat mengambil jurusan apa," ujarnya.
Ia mencontohkan, ketika anak senang dengan kegiatan olahraga, ke depan arahnya tidak selalu harus menjadi seorang atlet. Namun anak bisa diarahkan untuk meneruskan bidang olahraga apakah menjadi praktisi atau instruktur dan sebagainya.
Jadi proses terlibatnya orang tua bukan mengekang tapi bisa mengarahkan alternatif berdasarkan sudut pandang yang lebih bijak.
"Orang tua memang perlu terlibat tapi sebaiknya tidak mengekang pilihan anak. Jadi lebih mengarahkan karena peran ini sangat penting," ujar Anggi.
Ia menambahkan,"Orang tua punya banyak pengalaman jadi bisa memberi pilihan dengan pertimbangan yang bijak. Seharusnya orang tua tidak memaksakan pilihan. Perannya memberikan opsi atau alternatif."
Oleh karena itu, Anggi menegaskan bahwa orang tua zaman sekarang, sebaiknya tidak membandingkan dengan zamannya dahulu. Karena sudah lebih banyak perubahan di zaman sekarang.
Selain itu, orang tua juga harus teredukasi terhadap pilihan minat dan bakat yang semakin berkembang di zaman modern.
"Orang tua zaman sekarang seharusnya lebih terbuka, perannya sebagai pendukung tapi juga jadi penasihat terkait konsekuensi terhadap jurusan yang dipilih anak," jelasnya.
Kamu Juga Bisa Riset Mandiri atau Konsultasi dengan Guru
Sementara itu, bagi anak yang kurang mendapat dukungan orang tua ataupun kurang terbuka ketika menentukan jurusan kuliah, perlu melakukan riset.
"Anak yang kurang terbuka meski tidak cerita langsung ke orang tua atau orang terdekat, bisa melakukan riset dan informasi di internet dan media sosial," kata Anggi.
Anggi menyarankan bagi siswa yang masih ragu-ragu tanya langsung ke guru BK atau psikologi tentang minat bakat, bisa mencari informasi dari sumber-sumber yang lebih tepercaya.
Bisa dari informasi dari media massa yang tepercaya atau dari lembaga resmi seperti Kemenkes. Namun, apabila memungkinkan siswa ada baiknya meminta pendapat guru.
"Guru adalah sosok yang dekat dengan siswa, jadi siswa perlu meminta pendapat atau saran," tuturnya.
Kalau Masih Bimbang Ikut Tes Minat dan Bakat
Apabila masih belum mantap dalam memilih jurusan dan perlu data untuk mendukung. Siswa bisa mencari dukungan data melalui tes. Menurut Anggi, tes ini perlu diberikan agar anak dan orang tua memperjelas kecenderungan minat dan bakat anak berdasarkan data.
"Tes minat bakat bisa dilakukan anak sebelum memilih jurusan. Terutama yang dilakukan oleh lembaga atau profesional yang memang tepercaya untuk tes minat bakat. Tes ini perlu diberikan agar anak dan orang tua akhirnya bisa mengetahui minat dan bakat berdasarkan data yang muncul," terangnya.
Terakhir, psikolog pendidikan tersebut berpesan bahwa siswa perlu mengevaluasi diri dari kelebihan dan kekurangan yang dimiliki. Kemudian mencari minat bakat yang ingin dikembangan.
Siswa juga perlu mencari dukungan atau meminta bantuan entah dari keluarga atau seseorang yang pernah punya pengalaman sebelumnya. Terutama pengalaman yang pernah kebingungan saat menentukan pilihan jurusan kuliah.
"Yang terpenting setelah meminta pendapat dan melakukan pertimbangan lain kemudian mengevaluasi untuk memantapkan pilihan jurusan," pungkasnya.
(faz/pal)
Sumber : https://www.detik.com/