Mahasiswa, Sudahkah Melakukan Perencanaan Karier? Ini Manfaatnya
Ilustrasi karier. Foto: Unsplash.com
14 Oktober 2021 14:55
Pendidikan karier Pendidikan Tinggi Tips Pendidikan Perguruan Tinggi Mahasiswa
Citra Larasati
Jakarta: Melakukan perencanaan karier sejak dini menjadi hal penting yang perlu dilakukan mahasiswa untuk menyiapkan masa depannya. Di samping fokus melakukan kegiatan akademis, perencanaan karier juga agar setelah lulus mereka tidak mengalami kebingungan dalam menentukan arah.
Tidak adanya perencanaan dan tujuan karier yang jelas, menurut Psikolog Universitas Islam Bandung, Lestri Kusumah, bisa memunculkan beberapa dampak negatif. Bahkan bisa membuat seseorang mengalami quarter life crisis.
Quarter life crisis adalah istilah yang merujuk pada keadaan emosional seperti kekhawatiran, keraguan, dan kebingungan untuk menentukan arah hidup yang biasanya terjadi pada rentan usia antara 20 hingga 30 tahun.
“Meskipun hampir semua orang mengalami quarter life crisis, namun dengan adanya perencanaan karier yang jelas sejak awal setidaknya hal itu bisa tercegah dengan baik,” terangnya dalam webinar bertajuk Planning Your Career Path yang diselenggarakan oleh DPKKA Unair bersama Redy Indonesia, dikutip dari siaran pers, Kamis, 14 Oktober 2021.
Dampak Negatif
Lestri menyebutkan, ada sejumlah dampak negatif ketika seseorang tidak memiliki rencana karier yang baik dalam hidupnya. Di antaranya, seseorang akan mengalami kebingungan harus melakukan apa usai melakukan perayaan kelulusan.
Terlebih, tidak semua mahasiswa merasa jurusan kuliah yang diambil adalah sesuai dengan passion-nya. Kebingungan tersebut akhirnya bisa memunculkan rasa cemas atau anxiety.
“Kecemasan yang dimaksud adalah dia cemas apakah pekerjaan yang diambil saat ini cocok dengan dirinya atau tidak, jenjang karier ke depannya nanti bagus atau bahkan sebaliknya dan sebagainya,” jelasnya.
Dampak ketiga menurut Founder dan CEO Psytalk Indonesia itu adalah terjadinya pilihan untuk menyerah atau give up. Menurutnya, ketika seseorang merasa tidak nyaman dan memiliki tekanan tersendiri saat menjalankan pekerjaan, maka dia akan mudah untuk menyerah.
Selanjutnya, kondisi itu bisa berakibat pada kesehatan mental dan terjadi burn out atau kondisi stress yang berlarut-larut dan hilangnya motivasi di dalam dirinya. “Nah, yang bahaya setelah burn out ini adalah dia akan resign dari pekerjaannya. Lalu setelah itu dia akan kebingungan lagi harus ngapain, tidak ada lagi motivasi di dalam dirinya," terang Dia.
Cara Tentukan Pilihan Karier
Untuk mencegah beberapa dampak negatif tersebut, Lestri menuturkan ada dua cara yang bisa dilakukan untuk menentukan karier apa yang cocok dan menjadi tujuan ke depannya. Pertama, seseorang harus mengetahui apa yang dia mau atau inginkan.
Keinginan tersebut, menurut Lestri sifatnya adalah dinamis, sehingga seiring berjalannya waktu bisa berubah-ubah. Setelah mengetahui apa yang kita inginkan, langkah selanjutnya adalah melakukan apa yang kita mampu.
Artinya, kita bisa mengikuti magang, volunteer, atau bahkan tes minat dan bakat untuk mempersiapkan diri sebelum meraih tujuan di awal tadi. “Dengan melakukan magang dan kegiatan serupa, kalian bisa memahami oh ternyata dunia ini memang sesuai dengan passion-ku atau tidak. Setelah menemukan passion, maka kalian akan dengan mudah menyusun rencana karier yang tepat,” tutupnya.
(CEU)
Sumber : https://www.medcom.id/