Hasil Program Riset Terapan Vokasi Diharapkan Bisa Tekan Laju Impor

Sekolah Vokasi UNS (dok. UNS)

Kamis, 05 Agu 2021 09:35 WIB

Tim detikcom - detikEdu

Jakarta - 

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) beberapa waktu lalu meluncurkan Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri-Dosen Perguruan Tinggi Vokasi. Salah satu yang diharapkan dari riset ini yakni mengurangi membanjirnya produk impor.

Program bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dengan alokasi Rp25,5 miliar ini berbasis pada demand driven artinya riset yang digerakkan berdasarkan permintaan dan kebutuhan guna menyelesaikan masalah nyata di dunia usaha dan dunia industri, pasar, maupun masyarakat.

Dirjen Pendidikan Vokasi Kemendikbudristek, Wikan Sakarinto mengatakan, riset terapan di pendidikan tinggi vokasi merupakan bagian dari link and match antara institusi pendidikan dengan industri.

Fokus utama hasil riset terapan harus berujung pada peningkatan produktivitas di industri, peningkatan nilai tambah produk dalam negeri, atau dalam bentuk pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat sehingga dampaknya dapat dirasakan secara nyata.

"Filosofi riset terapan vokasi adalah start from the end yang artinya mulai dari belakang, ada persoalan dan kebutuhan nyata yang kemudian menjadi faktor para dosen untuk meriset," ujar Wikan dalam keterangannya seperti yang dikutip, Kamis (5/8/2021).

Adapun Sekretaris Jenderal Akademi Ilmuwan Muda Indonesia (ALMI) periode 2018-2020 Berry Juliandi mengungkapkan terdapat kesinambungan antara riset dasar dan terapan.

Riset dasar dilakukan untuk menjawab pertanyaan pribadi yang kemudian disebut sebagai pustaka ilmiah. Lebih lanjut, riset dasar merupakan modal riset terapan yang bisa menjawab kebutuhan masyarakat, industri, dan lainnya.

Dekan Fakultas MIPA Institut Pertanian Bogor itu menyebut riset dasar dan riset terapan merupakan kesinambungan yang penting sehingga dari kegiatan riset tersebut dapat menghasilkan teknologi, kebijakan, atau intervensi sosial yang sesuai dengan kebutuhan.

Menurut doktor bidang Molecular Neuroscience dari Nara Institute of Science and Technology, Jepang itu berbeda dari riset dasar yang lebih banyak dilakukan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, riset terapan lebih banyak dilakukan untuk menjawab kebutuhan masyarakat, industri, atau konteks yang lebih luas.

"Ranah pengembangan riset terapan yang mengacu pada demand driven dilakukan oleh pendidikan tinggi vokasi. Di berbagai negara maju, pendidikan vokasi memiliki peran penting dalam pengembangan SDM, sehingga lulusan vokasi sangat diperlukan sebagai tonggak pembangunan ekonomi negara," ujar Berry.

Sementara Ketua Pokja Vokasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Barat Hadi S Cokrodimejo mengatakan riset industri sangat berguna agar Indonesia tak kebanjiran impor. Riset tersebut khususnya dalam industri informasi dan teknologi (ICT), kesehatan, logam, dan mesin.

"Dengan riset vokasi tersebut saya harap bisa menjembatani kebutuhan riset dasar maupun riset terapan supaya Indonesia bisa maju seperti negara lain. Ada peluang riset banyak dari industri, tapi semua ini belum terintegrasi," kata Hadi.

Untuk diketahui Program Riset Keilmuan Terapan Dalam Negeri-Dosen Perguruan Tinggi Vokasi akan memfasilitasi 51 proposal yang lolos serangkaian proses seleksi dengan masing-masing pendanaan yang dapat diusulkan senilai Rp500 juta.

Program ini memiliki dua skema, pertama adalah skema A, yaitu pengembangan riset terapan dari permasalahan nyata di DUDI dan masyarakat. Kedua adalah skema B, yaitu pengembangan riset terapan lanjutan/riset pengembangan yang dikembangkan dari perolehan Kekayaan Intelektual (KI) sebelumnya oleh PTPPV dan/atau DUDI dengan mengacu pada kebutuhan industri dan masyarakat yang memiliki nilai ekonomi dan sosial.

(pal/pal)

Sumber : https://www.detik.com/